Sanana, Moderatorsua – Juru Kampenye (Jurkam) Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sula, Fifian Adeningsi Mus dan Saleh Marasabesy (FAM-SAH) diduga menyebar Issue agama saat kampanye di hadapan masyarakat di Kecamatan Sulabesi Timur.
Diketahui kampanye tersebut dilaksanakan di Desa Waigoiyofa Kecamatan Sulabesi Timur, Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara pada, Kamis (26/09/2024)
Berikut Redaksi Moderatorsua menerjemahkan kalimat jurkam Fam-Sah yang menyinggung Calon Bupati Hendrata Thes, serta dugaan penghinaan dan issue Sara.
Simak pernyataan Jurkam Fam-Sah, Basir Makian dari menit 1 sampai menit ke 2, dimulai dengan kutipan langsung isi kampanye berbahasa Daerah Sula dan terjemahannya.
Bahasa Daearah Sula: “Kanapa pilih Ibu Ningsi, quran soya pel quran soya pel, An-Nisa Al-Imran, Al-Maidah soya koi pilih pia nap fota”
Artinya: “Kenapa pilih Ibu Ningsi, Quran sudah bilang, An-Nisa, Al-Imran, Al-Maidah bilang jangan pilih orang kafir” kata Basir Makian dalam video itu.
Bahasa Daearah Sula: “Tapi a langar, a paksa Heng bau Bupati, hukuman ak bal a pafa, te moya? Bau DPR mai dad moya, ik mai dad moya, ik mai dad moya, uma mai pasang kaca dad moya, contoh e”
Artinya: Tapi saya melanggar, saya paksa Heng (Hendrata Thes) jadi Bupati, hukuman saya yang tanggung, iya kan? Saya calon DPR juga tidak bisa, ini juga tidak bisa, ini juga tidak bisa, rumah juga tidak bisa pasang kaca, contoh yaa”
Bahasa Daearah Sula: “Kemudian Ibu Ningsi pia fina I bau Bupati, Quran soya Arrijali Qawwamuna Ilannisa ‘laki-laki pemimpin bagi Wanita’, tapi Sejarah bo hai Sua soya iki pia fina pernah bau ratu bo Kabau. Pernah”
Artinya: “Kemudian Ibu Ningsi Jadi Bupati, Quran menyebut Arrijali Qawwamuna Ilannisa ‘laki-laki pemimpin bagi Wanita’, tapi Sejarah di Tanah Sula orang Perempuan pernah jadi Ratu di Kabau. Pernah”
Bahasa Daearah Sula: “Kemudian, bit a soya antara pia fina do pia napfota bau pemimpin, kira-kira hukuman bahoya yang paling faata. Yang paling faata pia nap fota”
Artinya: “Kemudian saya mau sampaikan, antara orang Perempuan dan orang kafir jadi pemimpin, kira-kira hukuman mana yang paling berat, yang paling berat adalah orang kafir”
Bahasa Daearah Sula: Kenapa? Karena Ibu Ningsi, kit akan dipertemukan dalam dua kalimat, kalimat tauhid dan kalimat Rasulullah, Ashaduallah ilaha illallah, waashadu anna muhammadarrasullah,
Artinya: “Kenapa? Karena Ibu Ningsi, kita akan dipertemukan dalam dua kalimat, kalimat tauhid dan kalimat Rasulullah, Ashaduallah ilaha illallah, waashadu anna muhammadarrasullah,”
Bahasa Daearah Sula: “A ibaratkan Ibu Ningsi do Heng. Heng ika ibarat Najis tai do tawai, kemudian Ibu Ningsi juga Ibarat Tai do Tawai, apakah Najis gahu ika bahoa yang paling faata, Tai te tawai sanohi do pia matua? Tawai? Tatoya?“
Artinya: “Saya ibaratkan Ibu Ningsi dan Heng (Hendrata Thes). Heng itu ibarat najis Tai dan Kencing, Kemudian Ibu Ningsi juga Tai dan Kencing, apakah dua Najis itu mana yang paling berat? Tai atau kencing saudara dan orang tua? Tawai? Betul?
Bahasa Daearah Sula: “Kalau menurut ak gaiya, Tai do tawai dad fata talal-lal moya, bisa uwa do wai dad, ta istinja, tatoya? Najis yang paling faata yang tidak ta sadar ika adalah baku, kentut itu yang paling berat dan hukumannya di dunia juga Nampak tapi tong seng sadar,”
Artinya: Kalau menurut saya, begini. Tai dan Kencing tidak terlalu berat, bisa cuci dengan air, kita istinja benar?, Najis yang paling berat yang tidak kita sadari itu adalah kentut. Kentut itu yang paling berat dan hukumannya juga nampak tapi kita tidak sadar”
Bahasa Daearah Sula: “A ibaratkan bahwa ibu Ningsi ik najis tai do tawai, I bau salah masih ta uwa dad da, karena ki, ta bertemu dalam dua kalimat dahina, kalimat tauhid dan kalimat rasul,”
Artinya: “Saya ibaratkan bahwa Ibu Ningsi adalah Najis Tai dan Kencing, dia buat salah, kita masih cuci karena dengan dia, kita bertemu dalam dua kalimat tadi, kalimat Tauhid dan kalimat Rasul,”
Bahasa Daearah Sula: “Tai disaat gu seba ta uwa do wai dad, Ibu Ningsi. Tapi kalau Baku, gi uwa do hapa sanohi, dan Baku ika Heng, gi uwa do hapa, makanya a soya koi bakatai kit dunia akhirat, ak beten bakatai ak pel, a heka bakatai moya, setuju te moya sanohi do pia matua,”
Artinya: “ai disaat kamu berak masih bisa dicuci dengan air, itu Ibu Ningsi. Tapi kalau Kentut, kalian mau cuci denga napa saudara, dan Kentut itu Heng (Hendrata Thes), kalian mau cuci denga napa?, makanya saya sampaikan, jangan kita kotor di dunia dan akhirat. Saya kemarin sudah kotor, saya tidak mau kotor lagi, setuju atau tidak saudara dan orang tua?’’
Penulis: Algajali Fataruba
Ëditor: Redaksi Moderatorsua
Sumber: Video Amatir