MODERATORSUA.COM, SANANA – Usia boleh lanjut, namun semangat tak boleh rapuh. Kalimat ini pantas disematkan pada Jaima Norau (60 tahun), Wanita asal Desa Waibau Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepualauan Sula.
Jaima seolah tidak pernah kenal lelah, untuk mengais rezeki demi menafkahi keluarga.
Jaima dinikahi Ludin Gailea dan dikaruniai enam orang anak. Sayang, tiga orang meninggal dunia, dan tersisa tiga orang anak, yakni Hasanudin Gailea (anak tertua), Martina Gailea, Risnawati Gailea.
Suami Jaima hanya seorang petani di Desa Waibau. Untuk menopang kebutuhan keluarga, Jaima terpaksa berjualan.
Sejak usia belasan tahun ibu tiga anak itu sudah menjajal barang dagangannya di pelabuhan Sanana.
“Saya menikah itu masih muda. Umur saya waktu itu masih 17 tahun. Setelah menikah saya sudah mulai jualan di Pelabuhan Sanana,”kata Jaima ketika ditemui Moderatorsua.com di emperan Toko Sederhana kawasan Pelabuhan Sanana di Desa Fagudu Kecamatan Sanana, Minggu (22/01/23).
Hasil jualan Jaima, tak dihabiskan sekedar makan dan minum, tapi juga ditabung untuk kebutuhkan pendidikan anak-anaknya.
“Saya punya anak enam orang. Tiga anak saya sudah meninggal, tiga orang yang masih hidup,”ucapnya.
Setalah beberapa tahun berjualan nasi bungkus di Pelabuhan Sanana, Jaima beralih menu jualan. Perempuan parubaya itu kini berjualan buah-buahan di emperan Toko Sederhana yang tak jauh dari pelabuhan Sanana.
Jarak antara rumah Jaima ke pelabuhan ditempuh sekitar 1 kilometer. Sewaktu berjualan di Pelabuhan, Jaima kerap menempuh dengan berjalan kaki untuk menjajal jualannya. Setelah beralih jual buah-buahan, Jaima menggunakan ojeg.
“Dulu sering jalan kaki. Tapi sekarang sudah diantar ojeg. Pergi pulang itu Rp 10 ribu,”tuturnya.
Kini jerih payanya seolah telah terbayar. Dua anak perempuannya sudah menyandang gelar sarjana. Bahkan, Martina Gailea, anak kedua pasangan Luding dan Jaima ini kini menjabat sebagai Kepala Sekolah.
“Dua anak perempuan saya sudah sarnaja. Martina yang saat ini sudah jadi pegawai dan menjabat Kepala Sekolah. Sedangkan Risnawati sudah sarjana tapi belum dapat kerja tetap. Anak yang tua saat ini bekerja. Itu semua, hasil jualan-jualan seperti ini,”tuturnya.
Jaima sempat stres ketika salah satu anaknya, Adina Gailea yang sudah menyandang gelar dokter dengan status pegawai negeri (PNS) meninggal dunia.
Tak lama setelah pekergian anak tercintanya itu, suaminya, Ludin menyusul. Ludin tutup usia sekitar tahun 2014 silam.
“Suami saya meninggal kalau puasa tahun ini, berarti genap 10 tahun,”tutur Jaima dengan mata bercaka-kaca.
Kendati begitu, Jaima tidak mau larut dalam kesedihan. Wanita yang selalu kenakan Kupluk kepala dan kacamata itu, lanjut berjualan buah-buahan.
Jaima tak mau menghabiskan usia senjanya dengan hanya dinafkahi anaknya.
“Duduk-duduk saja di rumah mau bikin apa. Lebih baik saya jualan,”imbuhnya.
Separuh hari Jaima dihabiskan untuk berjualan. Sejak gerbang Toko Sederhana dibuka jam 8 pagi sampai ditutup kembali jam 10 malam, sepanjang itu pula aktivitas berjualan buah-buahan Jaima berlangsung. Jenis buah-buahan yang dijual hanya salak dan mangga.
Hasil jualan yang diraup tak seberapa. Sehari Jaima bisa dapat Rp. 100.000 sampai Rp.150.000.
“Kadang tidak sampai Rp. 100.000 itupun tergantung pelanggan yang membeli,”paparnya.
Meski hasil jualan untung-untungan, namun Jaima mengaku sangat mencintai profesinya itu. Bahkan, hingga raganya tak berdaya barulah aktivitas berjualan terhenti.
“Sampai kapanpun saya tidak akan pernah berhenti berjualan. Sampai sudah tidak berdaya lagi baru saya stop jualan,”pungkasnya. (mg).