MODERATORSUA.COM, SANANA – Sejak diresmikan pada tahun 2021 oleh Bupati Kabupaten Kepualan Sula (Kepsul) Fifian Adeningsi Mus, Pasar Bambu tampaknya belum bikin nyaman pedagang.
Para pegadang pindahan dari pasar induk di Desa Fogi itu, mayoritas berasal dari Desa Waiboga, Fokalik dan Malbufa. Mereka belum mendapatkan fasilitas yang layak untuk berjualan.
Amatan Moderatorsua.com, Pasar mungil yang berlokasi di Desa Mangon Kecamatan Sanana itu, hanya terdapat tiga blok bangunan.
Hampir rata-rata para penjual, menjajal barang dagangannya di emperan bangunan pasar, bahkan di bahun jalan.
Najra, salah seorang penjual ikan asal Desa Waiboga mengaku, sangat tidak nyaman berjualan. Sebab, ketika diguyur hujan lokasi basah kuyup dan ketika musim panas, mataharinya sangat terik.
“Kalau saat hujan saya dan teman-teman yang lain, tidak bisa berjualan,”keluh Najra saat ditemui di lokasi Pasar Bambu, Senin (23/01/23).
Najra berharap ada sentuhan tangan dari Pemda setempat, untuk menyiapkan fasilitas tambahan berupa tenda untuk berteduh.
“Kami berharap Pemda bikin tempat yang layak, agar kami bisa berjualan dengan nyaman. Tidak perlu yang mewah, cukup bangunan seadaanya walaupun di buat menggunakan terpal atau payung, asalkan bisa melindungi kami dari hujan dan terik matahari,”pintanya.
Tak hanya itu, para penjual ikan juga kelisutan membuang limbah ikan, sebab belum dibangun salurnya.
“kami semua kesulitan membuang sisa-sisa air ikan (limbah) karena tidak adanya saluran pembuangan. Apalagi saat hujan, itu hampir seluruh lokasi pasar bambu terendam air, padahal tiap hari kami membayar iuran sebsar 3000 rupiah, kepada petugas yang datang menagi,”tutur pedagang asal Desa Mangon Kecamatan Sanana lainnya. (mg).